Kesempatan menjadi promotor konser musik di tanah air tampaknya kian terbuka lebar. Animo masyarakat yang semakin besar untuk menonton konser menjadi salah satu pemicu peluang usaha ini. Bila mujur, keuntungan berlipat menanti.
Animo masyarakat Indonesia untuk menyaksikan konser musik kian besar, baik itu yang menampilkan artis lokal maupun internasional. Fanatisme itu membuat bisnis promotor pertunjukan sangat menjanjikan.
Potensi menjanjikan itu mendorong banyak pengusaha baru di bisnis pertunjukan. Ambil contoh PT Rajawali Indonesia. Semula, perusahaan itu bergerak di bisnis periklanan.
Sejak tahun 2009, Rajawali yang berkantor di Yogyakarta itu beralih menjadi promotor musik.
Alasannya, geliat pertunjukan konser musik di tanah air semakin hidup.
Menonton konser musik sudah menjadi bagian gaya hidup. Buktinya, walaupun mahal, tiket tetap laku. “Paling tidak dua tahun terakhir acara konser musik artis mancanegara kian banyak, animo penonton juga membesar,” ujar Anas Syahrul Alimi, Chief Executive Officer PT Rajawali Indonesia.
Secara bisnis, keuntungan menjadi promotor konser musik cukup besar. Menurut Anas, keuntungan bersih yang bisa diraih minimal 10%. Namun, jika konser berhasil, keuntungan bisa 100%, bahkan 200%.
Tapi, Anas mengingatkan, menjadi promotor konser tidaklah mudah. Ada beberapa hal yang harus disiapkan, seperti jaringan, pengalaman, dan kemampuan finansial. Jaringan yang dimaksud adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi inti tim kerja, serta jaringan untuk menggaet sponsor. “Kami harus memiliki tim berpengalaman di bidang event organizer,” kata Anas yang akan menggelar konser kolaborasi Kahitna dan Rick Price, Maret nanti.
Selain itu, perusahaan promotor sebaiknya juga memiliki pengalaman di bidang pertunjukan, periklanan, atau penyelenggaraan pertunjukan. Dengan bekal pengalaman itu, promotor paling tidak memiliki jaringan sponsor. Sebab, tidak mudah mendapatkan sponsor.
Perlu usaha keras untuk meyakinkan bahwa produk sponsor sangat sesuai dengan segmen penonton. Sehingga, dengan menjadi sponsor, nilai produk ikut terdongkrak.
Yang tak kalah penting, promotor konser juga harus mampu memberikan kepercayaan pada artis yang didatangkan. Kepercayaan itu bisa ditunjukkan dengan status perusahaan yang jelas dan deretan pengalaman dalam penyelenggaraan konser. “Kami mesti meyakinkan manajemen artis melalui curriculum vitae (CV) pengalaman konser,” katanya.
Perusahaan promotor pemula biasanya harus berusaha kuat meyakinkan manajemen artis soal konsep pertunjukan dan sponsor yang bakal memberikan dukungan. Sebagai pemain baru, Anda juga harus bisa membuat konser yang bisa menarik banyak penonton dan mampu menyediakan biaya untuk membayar mereka. “Artis mancanegara biasanya tak hanya melihat dari sisi finansial, tetapi juga melihat kemampuan menjual tiket,’’ imbuh Anas.
Fadli Wardhana, Head of Promotor 3 Ocean Live, perusahaan promotor yang lain, mengatakan, sebelum menyelenggarakan konser, sangat penting melihat kondisi pasar atau tren musik yang ada. Selanjutnya baru mendatangkan artis. ”Ketika grup band atau artis yang didatangkan mempunyai nilai pasar, tentu akan lebih memudahkan promosi dan penjualan tiket,” katanya. 3 Ocean Live baru berdiri tahun 2011 dan telah mendatangkan Jason Mraz, November silam.
• Kesiapan modal
Nah, jika Anda ingin membangun perusahaan promotor konser, sebenarnya modal untuk beberapa keperluan. Yang utama adalah sewa tempat, izin usaha, karyawan, renovasi, dan perlengkapan kantor. Modal yang tak cukup besar adalah biaya untuk mengundang artis.
Untuk menghadirkan artis lokal, setidaknya Anda harus mempersiapkan dana sekitar Rp 500 juta. Perinciannya, 40% di antaranya untuk membayar artis dan sisanya biaya produksi. Biaya produksi itu meliputi sewa tempat (15%), panggung (5%), tata lampu (5%), sound system (10%), promosi (20%), dan akomodasi artis (5%). Dana tersebut bukan termasuk dana dari sponsor.
Mendatangkan artis mancanegara jelas membutuhkan biaya lebih besar, sekitar Rp 5 miliar hingga Rp 7,5 miliar. Dana-dana tersebut harus disiapkan di awal, sebelum promotor mengajukan kerja sama dengan sponsor. Bila berhasil menggaet sponsor, Anda mungkin akan menghemat dana promosi. Bila 60% tiket terjual, secara teoretis, Anda sudah balik modal. “Harga tiket rata-rata dibanderol Rp 150.000 hingga Rp 900.000,” kata Anas.
Selain dari penjualan tiket, promotor mendapatkan untung dari sponsor.
Biasanya, nilai sponsorship utama senilai 80% investasi awal penyelenggaraan konser. Sedangkan sponsor tipe dua dan tiga masing-masing 50% dan 25% dari investasi awal.
Walaupun menguntungkan, bukan berarti bisnis ini tanpa risiko. Sebagai promotor, Anda juga harus bersiap tidak mendapat sponsor dan tiket tidak laku terjual semua.
• Strategi tiket laris
Nah, bila mematok harga tiket cukup tinggi, Anda harus menggencarkan strategi promosi. “Artis memang magnet utama, tapi tanpa strategi promosi yang kuat, hal itu sama sekali sia-sia,” kata Anas. Promosi bisa lewat media outdoor, seperti baliho dan spanduk. Bisa juga menggandeng media partner seperti radio. Media partner harus disesuaikan dengan segmentasi dan konsep konser supaya lebih mengena.
Pemilihan media online seperti Facebook dan Twitter untuk promosi juga efektif dan menghemat biaya. Apalagi jika bisa berpromosi di media jejaring sang artis, sehingga dibaca oleh jutaan pengikut.
Media lain yang digunakan adalah surat kabar. Rajawali, misalnya, bekerja sama dengan beberapa media lokal dengan bertukar logo dan waktu pemuatan rilis paling tidak hingga lima kali terbit. Kerja sama dengan operator seluler dengan memanfaatkan layanan SMS Blazz juga cukup manjur. Anda juga bisa masuk ke komunitas dan menyebarkan flyer di kafe-kafe. “Hal ini lebih efektif, karena pesannya langsung ke penerima,” katanya.
Anda tertarik?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar