Kamis, 17 Januari 2013

Tips dan Trik Menggaer Sponsorship


       Dana merupakan salah satu factor “kendala” yang sering dirasakan oleh organisasi kemahasiswaan dalam menyelenggarakan acara, khususnya untuk acara-acara yang berskala besar. Untuk mendapatkan dana tersebut, salah satu sumber yang umum dipakai adalah dengan mencari sponsorship kegiatan. Namun tidak semua organisasi kemahasiswaan memiliki system pelatihan yang benar-benar menyiapkan individu didalamnya agar dapat menggaet sponsorship sesuai dengan target yang diharapkan. Oleh karena itu, pada tulisan kali ini penulis akan berbagi mengenai “Tips dan Trik Menggaet Sponsorship”.


     Siapa saja yang tidak melakukan perencanaan dengan baik maka sesungguhnya dia telah merencanakan sebuah kegagalan. Hal tersebut juga berlaku ketika kita akan memasarkan “produk (kegiatan yang kita adakan)” kepada para calon sponsor. Adapun beberapa perencanaan yang harus kita siapkan sebelum berinteraksi dengan calon sponsor adalah sebagai berikut:

1. Membuat Daftar Calon Sponsor
Daftar ini dibagi menjadi 2 yaitu daftar calon sponsor yang kita sudah memiliki jaringan /link di dalamnya dan daftar calon sponsor yang tidak ada jaringan didalamnya. Jaringan bisa kita dapatkan dari saudara, teman, daftar alumni organisasi yang bersangkutan, maupun dari ikatan alumni fakultas atau universitas yang bersangkutan. Contohnya saja di FE Undip yang memiliki ikatan alumni (IKA FE UNDIP). Namun jika kita tidak memiliki jaringan ke calon sponsor maka kita cari data-data instansi baik itu lembaga pemerintahan, BUMN, BUMS, UMKM, dll yang berpotensi untuk menjadi sponsor. Data tersebut bisa kita dapatkan di internet, melalui teman, dll. Untuk mengetahui sponsor yang berpotensi untuk jadi sponsor adalah dengan mencari kecocokan karakteristik organisasi kita dengan pihak calon sponsor. Contohnya saja Lembaga Keuangan Syariah sangat berpotensi untuk menjadi sponsor kegiatan KSEI, Lembaga Investasi Pasar Uang dan Pasar Modal sangat berpotensi untuk menjadi sponsor kegiatan Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM). Selain dari karakteristik organisasi, bisa juga di ketahui dari kecocokan karakteristik event yang di adakan dengan visi, misi, kegiatan CSR, dll dari pihak calon sponsor. Simpan baik-baik daftar calon sponsor tersebut agar membantu generasi penerus kita di organisasi kemahasiswaan untuk lebih mudah dalam menentukan calon sponsor di kegiatan yang akan datang.
Berikut ini adalah format table yang penulis sarankan:
Daftar Instansi Yang di Dalamnya Ada Link
NO NAMA LENGKAP ALAMAT TEMPAT TINGGAL NAMA INSTANSI ALAMAT INSTANSI NO. HP






Daftar Instansi Yang Belum Ada Link
NO NAMA INSTANSI ALAMAT KANTOR NO.TELEPON E-MAIL(jika ada) SITUS(jika ada)







2. Posisikan Diri Sama Dengan Calon Sponsor
Tanamkan dalam diri kita bahwa organisasi kemahasiswaan kita memiliki “produk” yang unggul dan bisa bermanfaat bagi calon sponsor apabila bersedia menjadi sponsor. Apabila akan berhadapan dengan BUMN, BUMS, UMKM maka yang ditawarkan adalah sebuah kerjasama. Saya sempat menjumpai beberapa kasus di mana pihak mahasiswa terkesan “mengemis” kepada calon sponsor. Hal ini dapat saya lihat diantaranya adalah dengan seringnya menggunakan kata “permohonan sponsorship” baik dalam surat menyurat atau saat berinteraksi dengan calon sponsor. Gantilah kata tersebut menjadi “penawaran kerjasama”. Coba bandingkan penggunaan kedua kata tersebut. Tujuannya sama – sama untuk mendapatkan sponsor namun cara penyampainannya berbeda. Namun apabila kita coba menggaet sponsor dari lembaga pemerintahan (pemkot, pemprov, dinas-dinas pemerintah, dll) maka bisa saja kita memakai kata “permohonan bantuan dana” atau “permohonan sponsorship” karena pada lembaga tersebut memang sudah ada alokasi dana untuk kegiatan social kemasyarakatan atau kesejahteraan masyarakat (kesra). Perlu menjadi catatan apabila mengajukan ke lembaga pemerintahan sebisa mungkin mencari jaringan di dalamnya karena sejauh pengamatan saya birokrasi disana terkadang dipersulit. Salah satu sebab dipersulitnya adalah karena tidak ada orang dalam yang bisa membantu kita. Walaupun begitu, pernah juga penulis menjumpai organisasi yang bisa mendapat dana dari instansi pemerintah meskipun tidak ada orang dalam yang membantu. Jadi, tidak menutup kemungkinan juga lembaga pemerintahan bersedia memberikan dana meskipun kita tidak ada orang dalam yang membantu.

3. Membuat Proposal Kegiatan yang Menarik
Untuk uraian lebih detail dari hal ini dapat teman-teman baca pada artikel yang saya post sebelumnya.
4. Mengenal Organisasi dan Produk Anda Dengan Baik

         Tak kenal maka tak sayang. Jadi, kita harus menyiapkan suatu diskripsi singkat tentang organisasi kita agar calon sponsor mengetahuinya. Kuasai juga seluruh isi kegiatan yang akan kita adakan agar dapat lebih lancar saat presentasi ke calon sponsor. Selain itu, carilah juga kelebihan dari “produk” kita yang dapat mendatangkan manfaat bagi calon sponsor. Manfaat yang dimaksud disini tidak hanya dalam bentuk lakunya produk sponsor saat acara kita berlangsung (jangka pendek) tapi bisa juga mendapat manfaat yang sifatnya jangka panjang. Contohnya: dapat meningkatkan citra calon sponsor di mata konsumen, dapat melakukan promo produk, mendapatkan database pengurus atau peserta kegiatan untuk kemudian digunakan calon sponsor dalam mendukung kegiatan usahanya, dll.

5. Mengenal Dengan Baik Calon Sponsor
Kita pelajari dulu profil calon sponsor baik itu dari visi, misi, produknya, kegiatan CSR nya, dll. Profil tersebut dapat kita dapatkan dengan mencari di internet,  melalui teman, dll. Carilah celah yang dapat menimbulkan kesamaan antara profil calon sponsor dengan karakteristik organisai atau kesamaan dengan karakteristik acara kita. Contoh: suatu bank syariah baru-baru ini meluncurkan produk gadai emas sementara tema kegiatan kita ada hubungannya dengan penggunaan emas juga, suatu instansi mempunyai program CSR untuk membantu pengembangan pendidikan di Indonesia sementara tema kegiatan kita ada hubugannya dengan pengembangan pendidikan di Indonesia.

6. Penampilan
Kesan pertama yang akan di tangkap oleh calon sponsor ketika berinteraksi dengan kita adalah dari penampilan (cara berpakaian). Perhatikan cara berpakaian kita ketika berinteraksi dengan calon sponsor. Contohnya saja apabila berinteraksi dengan BUMN dan BUMS kita pakai pakaian yang formal seperti untuk laiki-laki: kemeja lengan panjang, celana bahan warna gelap, pakai sepatu vantovel, memakai parfum yang baunya tidak teralu menyengat, kemeja dimasukkan, rambut harus rapi jika perlu pakai minyak rambut, dll. Untuk perempuan: kemeja lengan panjang, rok panjang warna gelap, sepatu vantovel, kesesuaian warna kemeja dengan rok, dll. Contoh lagi ketika kita berinteraksi dengan pihak UMKM pakaian yang kita kenakan jangan terlalu formal yang penting rapi, menutup aurat, dan sopan. Jadi, pakaian yang kita kenakan menyesuaikan dengan karakteristik calon sponsor.

7. Siapkan Mental
Kita harus mempersiapkan mental agar dapat berinteraksi secara baik dengan calon sponsor. Ada 2 hal yang umumnya menjadi masalah mental dari teman-teman di organisasi mahasiswa yaitu merasa cemas/nervous ketika akan/saat berinteraksi dengan calon sponsor, dan belum memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Untuk mengatasi rasa nervous saat berinteraksi bisa dilakukan dengan duduk bersebelahan dari lawan bicara, memandang kening lawan bicara apabila tidak berani menatap matanya, jangan panic ketika salah ngomong. Sedangkan untuk mengatasi kemampuan komunikasi yang belum baik bisa dengan menyiapkan presentasi yang menarik, gunakan skrip untuk latihan, berlatih percakapan dengan teman kita yang seolah-olah menjadi calon sponsor. Selain itu, bisa juga dengan bertanya pada teman-teman kita yang memiliki kemampuan komunikasi dan lobby dengan baik. Kunci dari pembangunan mental ini adalah dengan berdoa kepada Allah SWT agar dimudahkan dan aspek praktek yang dilebihkan sedikit ketimbang pengarahan aspek teori. Jadi, optimalkan ikhtiar dan berdoa.

Setelah persiapan yang dilakukan sudah dirasa cukup, maka tahap selanjutnya adalah tahap eksekusi. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Marketing Call
Kita mulai menghubungi calon sponsor melalui media elektronik, bisa lewat e-mail, telepon, dll. Tujuan utama dari marketing call adalah membuat janji ketemu agar kita dapat mempresentasikan secara detail kegiatan yang akan ditawarkan dan meyerahkan proposal kegiatan. Pembuatan janji ini penting dilakukan agar calon sponsor tidak merasa terganggu dengan kedatangan kita karena mereka juga punya kesibukannya masing-masing.  Namun jika memang bisa bertemu dengan calon sponsor secara langsung tanpa janjian terlebih dahulu juga bisa. Perlu di ingat bahwa jangan sekali-kali menitipkan proposal ke satpam perusahaan karena hampir dapat dipastikan proposal kita tidak akan di tindaklajuti oleh calon sponsor karena mereka menganggap tidak ada upaya serius dari kita untuk menawarkan serta memberi penjelasan. Disamping jumlah proposal yang masuk bisa jadi sangat banyak.
Apabila kita sedang menghubungi perusahaan yang tidak ada link di dalamnya maka cobalah untuk minta tolong customer service disambungkan dengan pimpinan langsung karena pemegang keputusan utama adalah pimpinan. Namun jika tidak bisa, minimal ke bagian yang biasa mengurus masalah kerjasama perusahaan dengan pihak eksternal. Biasanya di BUMS maupun BUMN yang mengurus masalah tersebut adalah bagian marketing atau HRD (human resource development). Jelaskan saja secara singkat tentang program yang akan ditawarkan. Setelah itu, buat janji untuk bertemu guna memberikan penjelasan lebih detailnya.
2. Datang dan Presentasi yang Menarik
Datanglah tepat waktu sesuai janji dengan calon sponsor. Saat pertama kali bertemu jangan langsung ke inti pembicaraan, namun bisa kita awali dengan basa-basi sebentar. Mungkin dengan memuji (memuji dengan tulus sesuai kenyataan, jangan dibuat-buat) / mengomentari benda-benda sekitar yang kita rasa sebagai kegemaran lawan bicara, dll. Basa-basi ini berguna untuk mancairkan suasana dan agar bisa lebih akrab (tidak kaku) ketika berbicara.
Apabila sarana yang ada disana tidak memungkinkan untuk menanyangkan slide presentasi yang telah kita siapkan maka kita beri penjelasan lewat proposal kegiatan. Bimbinglah lawan bicara agar dapat memahami isi proposal. Terangkan secara jelas dan gamblang mulai dari bagian awal sampai akhir. Panjang pendeknya penjelasan meyesuaikan dengan situasi serta kondisi lawan bicara dan tingkat pemahaman lawan bicara terhadap organisasi kita atau terhadap kegiatan kita. Selain itu, berusahalah untuk menjadi pendengar yang baik agar kita dapat memberikan respon/tanggapan yang tepat.
3. Sponsorship Tidak Hanya Dalam Bentuk Uang Tunai
Bentuk sponsorship yang diberikan tidak harus dalam bentuk uang tunai namun bisa juga dengan memberikan produk mereka secara cuma-cuma, memberikan diskon special atas produk mereka, meyediakan pembicara untuk acara kita, dll. Contohnya saja ketika menawarkan kepada pihak lembaga keuangan sebaiknya di giring ke pemberian uang tunai, ketika menawarkan ke media massa di giring ke pemuatan kegiatan kita, ketika menawarkan ke percetakan maka digiring untuk memberi diskon/menggratiskan biaya pencetakan, ketika menawarkan ke toko makanan digiring untuk memberi makanan pada acara kita, dll. Perlu di perhatikan bahwa kita harus menetapkan target terlebih dahulu dari tiap calon sponsor. Ketika calon sponsor menanyakan timbal balik apa yang kita harapkan dari mereka, maka kita bisa langsung menjawabnya dengan jelas dan tegas sesuai target awal kita. Namun jika calon sponsor merasa agak keberatan dengan timbal balik tersebut maka cobalah untuk bernegosiasi lebih lanjut agar timbal balik yang di dapat minimal bisa mendekati target.
4. Konfirmasi Ulang
Usahakan untuk melakukan penawaran ke calon sponsor sekitar 1 sampai 2 bulan sebelum hari “H” karena calon sponsor pastinya membutuhkan waktu untuk memutuskan apakah akan menjadi sponsor atau tidak. Setelah melakukan presentasi ke calon sponsor, sepakati kembali kapan pastinya waktu dan cara konfirmasi ulangnya. Apabila mereka bersedia jadi sponsor maka jangan lupa untuk menanyakan mekanisme penyerahan bantuan dari sponsor dan kalau perlu buat pernyataan tertulis kerjasama yang ditanda tangani kedua belah pihak untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Undanglah juga pihak sponsor dalam acara kita. Namun jika mereka ternyata tidak bersedia jadi sponsor maka jangan langsung merasa gagal total karena bisa jadi mereka menolak untuk saat ini dan ke depannya bisa saja menerima tawaran kerjasama dengan organisasi kita. Berikan tanggapan yang positif seperti “mungkin di lain kesempatan kita bisa bekerjasama”. Apapun hasil dari penawaran kita ke calon sponsor yakinilah bahwa semua pasti ada hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil. Waallahuallambissawab.
Selamat Mencoba dan Smoga Bermanfaat.^_^.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar